Pemerintah diimbau perlu mengantisipasi permasalahan cyber security
dengan menerapkan organisasi security yang end to end dan dipimpin
langsung oleh presiden.
Menurut Chairman Lembaga Riset Telematika
Sharing Vision Dimitri Mahayana, 'pasukan' ini nantinya melibatkan
multi departemen. Mulai dari Kementerian Pertahanan, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, dan pihak terkait
lainnya.
Usulan ini tentu bukan tanpa alasan. Pasalnya,
eksistensi Indonesia semakin banyak memasuki dunia cyber. "Mungkin suatu
saat lebih dari 50% aktifitas masyarakat dan kenegaraan dilakukan
melalui dunia cyber," kata Dimitri.
Indonesia sendiri,
berdasarkan laporan Akamai, berada di urutan nomor satu terkait sumber
serangan cyber pada tahun 2013 lalu. Dimana terdapat 42 ribu serangan
cyber per hari.
Indonesia juga dianggap sebagai negara yang paling berisiko mengalami
serangan IT security, termasuk tren cyber intelligence dan cyber
spionase yang marak saat ini menjadi ancaman perusahaan
maupun kedaulatan negara.
"Di Amerika Serikat saja sudah ada organisasi cyber yang berada di
Presiden Obama langsung. Sementara di Indonesia itu masih terpecah,
telekomunikasi di bawah Kominfo, perbankan di Bank Indonesia, dan
lainnya. Jadi sebenarnya butuh wadah yang menggabungkan semuanya," ujar
Dimitri.
Isu mata-mata cyber belakangan memang tengah hangat.
National Security Agency (NSA) Amerika Serikat sebelumnya dilaporkan
telah melakukan tindakan penyadapan pada telepon seluler 35 pemimpin
dunia termasuk kanselir Jerman Angela Merkel.
Selain itu, pada
Mei 2010, Tailored Access Operations division NSA juga dikabarkan telah
berhasil meretas jaringan email server presiden Meksiko beserta anggota
kabinetnya yang memakai jaringan email server tersebut.
Dalam
dokumen lain disebutkan bahwa tahun 2013, NSA menargetkan presiden
Meksiko dan Brazil sebagai target utama, terkait dengan regulasi
peredaran obat-obatan terlarang dan human trafficking.
Indonesia
tak luput jadi korban mata-mata cyber. Dimana pada tahun 2009, Australia
dituding telah melakukan penyadapan terhadap ponsel milik Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan deretan pejabat Indonesia lainnya.
"Dengan
melihat contoh-contoh di atas rasanya sudah sepantasnya jika cyber
security menjadi hal yang penting untuk dipikirkan," tegas Dimitri
Di
ranah perusahaan, survei yang dilakukan Sharing Vision terhadap 20
perusahaan pun menunjukkan 65% yang mengaku pernah mengalami insiden
security. Namun telah banyak perusahaan yang melakukan langkah
pengamanan.
Seperti 82% perusahaan yang telah memiliki prosedur keamanan TI, dan 91% telah memiliki pengaturan hak akses di perusahaan.
Serangan cyber juga mengancam pengguna jejaring sosial dan media online.
Pengguna jejaring sosial di Indonesia yang jumlahnya sangat besar
hendaknya waspada akan ancaman cyber security yang dapat berdampak pada
kejahatan-kejahatan di dunia nyata," lanjut Dimitri.
Beberapa
kerentanan yang dialami pengguna jejaring sosial seperti dalam survei
151 responden yang digarap Sharing Vision, yaitu bertemu akun palsu
(22%), password diketahui orang lain (13,6%), maupun pencurian akun
(9,9%).
Beberapa kasus telah terjadi diduga menjadi akibat dari
efek buruk penggunaan jejaring sosial dan media online seperti game
online, yaitu kekerasan yang dilakukan oleh anak di bawah umur,
kejahatan seksual, maupun kasus penculikan.
Dilaporkan di UK, bahwa di tahun 2012, terjadi pelaporan kejahatan yang terkait dengan Facebook sebanyak 40 laporan per menit.
Ancaman
security finansial juga masih terjadi dan sering merugikan konsumen
seperti pembobolan rekening bank yang dilakukan oknum penjahat
menggunakan cara hacking dan skimming mesin ATM maupun EDC.